Peduli Dengan Teman
"Assalamualaikum
li, kamu udah siap belum berangkat ke kampus?"
"walaikumsalam,
belum, gue lagi sarapan dulu nih, kalau mau duluan ya silakan aja Ban"
"oh
walah, kalau gitu gue samperin ke kos loe ya, sekalian bareng"
"oke,
silakan aja, asal loe jangan minta sarapan ke gue"
"buset
dah loe, dikira gue ini apa, tukang minta-minta makanan loe? kagak lah, gue
lagi puasa li"
"hhh,
puasa apa gak ada duit loe?"
"sudahlah"
Lia
dan Aban merupakan mahasiswa satu kampus, keduanya disabilitas tunanetra.
walau
beda daerah, tapi mereka akrab banget, Lia Tunanetra lowVision, jadi dia udah
tau tampang si Aban cukup ganteng. rasa gengsi yang membuatnya, sungkan untuk
mengatakan bahwa dirinya suka sama Aban.
Tapi
kalau lagi cemburu gak bisa ketulungan, sampe gak bisa tidur seharian, hanya
bisa nangis di kamar kos, itu kalau dirinya tahu, bahwa aban jalan sama cewe
mahasiswi sekelasnya.
tapi
si aban tak menyadari itu semua, hanya bisa cengar-cengir kalau lagi deket
cewe, termasuk Lia.
Bukan,
bukan, bukan lia doang, tapi semua mahasiswi, jual lagak kalau lagi dituntun
mereka.
Iya,
bagi mereka cuma niat bantu aban nuntun biar gak sesasar, karena tampangnya
kasihan kalau lagi jalan sendirian di kampus.
Hari
ini lia nampak senang, pagi-pagi aban udah mau nyamperin, biasanya boro-boro
mau berangkat bareng.
kalau
ada teman cewe sekelasnya, langsung tancap gas, berangkat bareng ke kampus.
kayaknya
nasib sial buat aban, hari ini tumben gak ada yang nyamperin untuk berangkat ke
kampus.
mau
gak mau, dia nyamperin lia, teman senasib semasa di asrama.
"halo,
ini gue udah di depan kos loe"
Suara
Aban disebrang telepon.
"mana
loe, ini gue udah keluar dari tadi"
Celingak-celinguk
lia mencari sosok si aban.
"buset,
ini gue udah di teras kos loe"
jawab
aban sedikit kesal.
"hhh,
jangan-jangan loe salah kos, alias loe nyasar"
Lia
ketawa dengan suara cemprengnya.
"astagah,
kalau gitu loe sini, samperin gue"
Pinta
aban memelas.
"ogah,
gue udah kepepet, mau berangkat ke kampus, lagian loe gaya-gayaan berangkat
sendiri ke kosan gue"
Jawab
lia sedikit menolak, tapi hatinya punya rasa khawatir.
"ya
sudahlah"
"halo
aban", suara cewe.
lia
sempet mendengar suara cewe disebrang telepon. lagi-lagi dia cemburu.
"ban,
ban, ban, loe masih di situ?"
tidak
ada jawaban dari aban....
"ah,
dasar, si aban"
sembari
mematikan sambungan teleponnya. dan lia bergegas pergi ke kampus...
"iya
halo, ini siapa?"
tanya
aban ke sumber suara.
"Aku
Cia teman kelasmu"
"oh
cia, kamu mau ke kampus?"
"engga,
aku lagi sakit, ini mau beli obat ke warung"
"ohhh"
respon
aban sedikit melongo.
"kenapa
kamu ban?"
"eh,
engga, engga"
tidak
tega meminta temannya untuk diantarkan ke kampus.
"ini
di mana ya cia?"
tanya
aban sedikit purstrasi"
"oh,
ini di belakang kampus, kamu tinggal lurus aja, lalu belok kanan untuk menuju
ke arah gerbang kantin"
jawab
cia dengan sedikit terbatuk-batuk.
"eh,
kamu kenapa batuk cia?"
"aku
lagi sakit ban"
memang
aban ya, orang batuk ya namanya lagi sakit. malah pake tanya. untung aja cia
orang yang baik mau meladeni pertanyaan si aban.
"ban
kamu berangkat, nanti terlambat loh"
cia
mengingatkannya.
"oke
terima kasih ya, udah mau nunjukin jalan"
"iya
sama-sama"
keduanya
berpisah di persimpangan jalan.
aban
jalan dengan tongkat andalannya, dengan jalan cepat, iya terburu-buru untuk
sampai di kelas.
di
sebrang sana lia juga sedang jalan cepat.
karena
lia dalam kondisi yang tidak stabil, karena rasa cemburu, dia tidak melihat aban
di depannya.
akhirnya.....
braak
mereka
berdua bertabrakan.
Lia
posisi di atas aban, dan sempat mencium pipinya aban.
"aduuuuuh"
"ini
siapa dah, jalan gak pake mata"
Tanya
aban sedikit kencang.
"eeehhhhhh,
loe, iiiiih"
Lia
sambil mencubitnya..
"aaaaaaah,
sakiiiit"
aban
kesakitan.
"hhh,
gue dicium loe"
ketawa
abban sedikit menggoda lia.
"hidih,
cuah, najis gue cium loe, gue harus basuk 7 kali, sekali pake tanah"
sedikit
kesal lia untuk meladeni aban yang jahil.
"Cia
yang sedang melihat adegan itu, ketawa ngakak.
"hhhhhhh,
hhhhhh"
walau
cia lagi sakit, melihat mereka bertabrakan dan melihat adegan adu mulut antara
aban sebagai temannya sama seorang cewe, nampaknya cia sudah tahu cewe itu yang
sering di lihatnya di kampus.
"sudah,
sudah, kalian tidak usah berantam, kalian gak ingat waktu, nanti terlambat loh,
kalau terlambat gak tau rasa"
cia
mengerai mereka utuk terus adu mulut.
"eh,
cia, bukannya kamu lagi sakit ya? kok tiba2 tiba ada di sini"
tanya
aban.
"iya,
aku lagi sakit, karena melihat adegan kalian, jadi beransur-ansur sembuh"
Jawab
cia dengan tersenyum.
"tuh
li, dengan adegan kita bisa membuat orang jadi sembuh, lumayan dapet pahala
kalau membuat orang itu jadi sembuh dan tersenyum, kalau gitu kita lanjutin
adegannya, loe ciumin aku sepuasnya, hhhh"
aban
menjahili lia, dengan mulut jahilnya.
"cuah"
lia
sambil menendangnya.
"aduh,
jahat bener tuh cewe"
"rasain
loe"
lia
sambil berlalu dihadapan aban dan cia.
"eh,
gue jangan ditinggalin, ayo barengan"
teriak
aban.
"sudah
ban, kamu bisa sendiri kan?"
Cia
menenangkannya.
"iya,
bisa kok"
jawab
aban sedikit cengar-cengir.....
cia
melihat itu hanya bisa tersenyum.
"ya
udah, duluan ya cia"
"iya
silakan, hati-hati"
cia
nyamperin mahasiswa yang sedang parkir motor.
"kak,
mau ke kampus?"
"iya
betul, ada apa?"
"saya
mau minta tolong kak, kakak lihat orang yang sedang jalan pakai tongkat? nanti
ditutun ya sampai di kelas, kasihan dia"
"oya
saya lihat, kalu gitu saya sanggup"
"terima
kasih ya kak"
"sama-sama"
Sungguh
luar biasa, cia yang sedang sakit masih sempat memikirkan untuk menolong
temannya melalui orang lain. tak mungkin kalau dirinya menolong sampai di depan
kelas. mengingat dirinya sudah izin ke teman kelasnya.
Pesan
yang bisa diambil dari cerita diatas, rasa saling tolong menolong merupakan
tindakan yang sangat disenangi oleh Tuhan, maka siapapun yang memiliki
kesempatan untuk menolong, jangan sia-siakan itu semua, karena rasa peduli di
hati, merupakan hidayah Tuhan untuk memilih kamu sebagai hamba yang
dipilih-Nya.
tamat........
Posting Komentar