Memberi Karena Mengharap Imbalan

Table of Contents

Memberi Karena Mengharap Imbalan

 Diposting Di : Raja Netra

 

Pokonya tante gak mau tahu, kamu harus membayar pengorbanan tante buat ngurusin kamu selama orangtuamu tiada. Udah banyak yang saya korbankan buat kamu Arsyad. Dari mulai usiamu 3 tahun waktu kedua orangtuamu wafat sampai saat ini kamu sudah lulus SMA. Kamu pikir, tante bakal ngasih cuma-cuma gitu apa yang udah tante berikan? Hem, tidak. Justru tante berharap suatu saat kalo kamu udah bisa bekerja kamu bakal bayar semua yang udah tante lakukan. Mengerti Arsyad?

 

Baca Juga Lainnya : Entahlah Kamu, Tion Iswanto

 

eh, anak gak tau diuntung! diem aja sih ditanyanya?

 

Jawab!" seru tante rina yang membuat Arsyad terkejut dengan suaranya yang meninggi dan sorot matanya yang tajam.

 

"I-i-iya tan, Arsyad ngerti."

 

"Baguslah kalo kamu ngerti. Oh ya, satu lagi Arsyad. Karena ini bukan rumahmu dan tante bukanlah siapa-siapa kamu, tante hanyalah tetangga yang berusaha berbuat baik sama kamu, maka mulai saat ini kamu angkat kakilah dari rumah ini."

“Ba-ba-baik tante, tapi mohon beri saya waktu beberapa hari kedepan tante untuk saya cari tempat tinggal."

"2 hari. Itu adalah waktu yang cukup, bahkan lebih dari cukup. Kalo diluar daripada waktu yang udah tante berikan kamu belum juga menemukan tempat tinggal, maka tante gak segan-segan ngusir kamu secara paksa. Bahkan kalo perlu tante bakal ngajak warga sekampung buat ngeluarin kamu dari sini. Ingat, kamu tuh mulai sekarang udah gak ada harganya di mata tante. Selama 15 tahun kamu cuman jadi benalu yang membuat suami dan anak-anak tante memillih berpisah karena saya mempertahankan kamu. Awas aja kalo sampe kamu gak berhasil mengembalikan uang yang udah tante keluarkan buat biyayain hidup kamu, jangan harap hidup kamu bakal mulus."

 

Si-si-siap, tan. Jawab Arsyad yang dibarengi dengan anggukan walaupun ia gak tau harus pergi kemana dan mencari tempat tinggal dimana dalam waktu yang amat singkat itu. Ditambah dia juga pusing mau kerja apa yang nghasilin uang banyak karena apa yang sudah dia nikmati selama 15 tahun itu ternyata haruslah dibayar.

Baca Juga Lainnya : Begitulah Cinta, Choeirul Azhar

 

***7 September 2009,ketika itu mobil Sedan berwarna silver melaju dengan kecepatan sedang membelah keramaian kota Jakarta yang berlalu lalang untuk pergih mencari nafkah. Namun siapa sangka kalo hari itu juga bakal ada sebuah kecelakaan beruntun yang melibatkan mobil Sedan silver dan dan truk bermuatan BBM yang dateng dari arah berlawanan. Mereka berdua saling tabrakan. Truk yang membawa BBM tergulik sampai semua yang dibawanya tumpah dan menciptakan sebuah kebakaran yang tak dapat dihindarkan, dan mobil Sedan Silver tersebut pun ikut kebakar dan sama-sama mengeluarkan api yang amat besar sehingga dengan cepat si jago merah melahap apa yang ada disekitarnya. Semua kenek mau pun sopir truk tewas di tempat. Hanya 2 orang suami istri pengendara mobil Sedan yang masih ada harapan untuk hidup walaupun mengalami luka berat di sekujur tubuh. 10 menit kemudian bantuan pun datang. Mereka dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk diotopsi dan juga menyelamatkan npara korban yang masih ada nyawa. Namun sayang malang tak dapat ditolak. kedua korban yang  masih bernyawa (Suami istri) pengendara mobil Sedan tersebut pun sudah lebih dahulu menghembuskan nafas terahirnya seblum sampai ke rumah sakit.

 

Baca Juga Lainnya : Kejahilan Teman-teman Omat Dikala Kecil, By Choeirul Azhar

 

Sedang di sisi lain, para tetanggga si pengendara Sedan yang mengalami teragedi berdarah itu sangat sedang sibuk-sibuknya mengurus jenazah. Jenazah itu bukanlah mereka, akan tetapi kake daripada si pengendara Sedan tersebut yang ternyata telah wafat pada pukul 7 pagi kala itu. Wafatnya pak Abdurrazak mayan lama buat diketahui. Kalau saja bu Zakaria tak ke rumah pak Abdurrazak maka tidak ada yang mengetahui prihal kematian tetanggganya itu.

 

Terdengar suara tangisan bayi yang sangat kencang di rumah pak Abdurrazak. Tak lain anak itu merupakan Arsyad kecil, anak semata wayangnya Abib dan Tiara. Oleh karena itu bu Zakaria pun datang bermaksud untuk menenangkan Arsyad. Namun siapa sangka, kalau tangisan bayi tersebut menandakan meminta pertolongan karena mbah kakungnya telah wafat.

 

Pak Abdurrazak ckup apik dalam pergaulannya dengan masyarakat. Hanya saja beberapa hari ini ia jarang berkumpul dengan tetangga-tetangganya karena sedang sakit.

 

2 hari sebelum meninggal, pak Abdurrazak sudah merasa baik dari sakit yang dideritanya. Namun tak tahu mengapa subuh hari sebelum kewafatannya ia amat merasa pusing dan akhirnya ia pun terjatuh lalu tak sadarkan diri.

 

Baca Juga Lainnya : Kejadian Aneh Ketika Sedang Murojaah, By Choeirul Azhar

 

***Ahirnya jenaza Tiara dan Abib kini siap untuk dipulangkan. Tak lupa, sebelum itu pihak rumah sakit mencari tahu tentang keluarga korban. Namun nihil, tak ada yang berhasil dihubungi. Akhirnya para zenaza pun dinapkan di ruang mayat sampai berhasil menemukan pihak yang mengaku sebagai sanak pamilinya atau sahabatnya. 

 

Sehari setelah meninggalnya kedua orangtua Arsyad berita pun sampai juga ke telinga para tetangga dan sahabat mereka. Lalu mereka pun mendatangi rumah sakit tempat dimana jenaza mereka berada dan menebusnya untuk dibawa pulang dan dikebumikan.

 

Sejak itulah Arsyad hidup seorang diri dan ada yang berbaik hati untuk mengadopsinya. Namun ssayang seribu kali sayang, hal itu bukan karena ketulusan.

 

Tamat. 

 

     


Posting Komentar